Dalam hidup, kita sering dihadapkan dengan situasi di mana kita harus membuat keputusan yang dapat mempengaruhi orang lain. Dalam situasi seperti ini, terkadang kita merasa perlu untuk mengambil keputusan yang akan membuat orang lain bahagia. Hal ini dapat menyebabkan kita menjadi people pleaser, yaitu orang yang selalu berusaha keras untuk membahagiakan orang lain.
Menjadi ‘People Pleaser’ atau orang yang selalu berusaha membahagiakan orang lain adalah karakteristik yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Namun, seringkali hal ini dapat menimbulkan masalah bagi individu itu sendiri. Artikel ini akan membahas mengapa orang menjadi people pleaser dan bagaimana cara mengatasinya.
Mengapa Kita Menjadi People Pleaser
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi people pleaser. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Mencari Validasi dan Pengakuan
Banyak orang menjadi people pleaser karena mereka mencari validasi dan pengakuan dari orang lain. Mereka merasa perlu untuk selalu memenuhi harapan orang lain agar dihargai dan diterima dalam lingkungan sosial mereka.
2. Takut Ditolak atau Tidak Disukai
Ketakutan untuk ditolak atau tidak disukai sering menjadi pendorong utama seseorang menjadi people pleaser. Mereka akan melakukan apa saja, bahkan mengorbankan kebahagiaan mereka sendiri, hanya untuk memastikan bahwa mereka disukai oleh orang lain.
3. Kebiasaan dari Masa Kecil
Seringkali, kebiasaan menjadi people pleaser berasal dari pengalaman masa kecil. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan di mana mereka terus-menerus berusaha menyenangkan orang tua atau figur otoritas lainnya mungkin membawa kebiasaan ini hingga dewasa.
Baca juga: Mengenal Anxiety, Penyebab Bagaimana Mengatasinya
Dampak Negatif Menjadi People Pleaser
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan jika kita terlalu berusaha keras membahagiakan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Berikut beberapa diantaranya:
1. Kehilangan Jati Diri
Menjadi people pleaser sering kali berarti mengabaikan keinginan dan kebutuhan sendiri. Ini dapat menyebabkan kehilangan jati diri, di mana seseorang tidak lagi tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan atau butuhkan.
2. Stres dan Kecemasan
Selalu berusaha menyenangkan orang lain dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Ini terjadi karena tekanan untuk selalu memenuhi ekspektasi orang lain dan ketakutan akan penolakan atau kritik.
3. Hubungan yang Tidak Sehat
People pleaser seringkali terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, di mana mereka selalu memberi lebih banyak daripada yang mereka terima. Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam hubungan interpersonal.
Baca juga: Jenis-jenis Kesulitan Belajar dan Penyebabnya
Cara Mengatasi Kebiasaan People Pleaser
Jika Anda merasa bahwa Anda adalah seorang people pleaser, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya:
- Kenali penyebabnya. Langkah pertama untuk mengatasi sesuatu adalah mengenali penyebabnya. Dengan memahami penyebabnya, Anda dapat mulai mencari solusinya.
- Tumbuhkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah kunci untuk mengatasi people pleasing. Ketika Anda merasa percaya diri, Anda tidak akan merasa perlu untuk bergantung pada orang lain untuk mendapatkan kebahagiaan.
- Belajar untuk mengatakan tidak. Salah satu hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh seorang people pleaser adalah mengatakan tidak. Namun, hal ini penting untuk dilakukan agar Anda tidak merasa terbebani.
- Fokus pada diri sendiri. Terkadang, kita terlalu fokus pada orang lain sehingga kita lupa untuk memperhatikan diri sendiri. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai dan membuat Anda bahagia.
Tips Mengatakan Tidak!
- Siapkan alasan yang jelas. Jangan hanya mengatakan tidak tanpa alasan. Siapkan alasan yang jelas dan singkat agar orang lain dapat memahaminya.
- Bersikaplah tegas. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, bahkan jika orang lain mencoba untuk membujuk Anda.
- Jangan merasa bersalah. Anda tidak perlu merasa bersalah jika mengatakan tidak. Ingatlah bahwa Anda berhak untuk menentukan apa yang terbaik untuk diri Anda.
Menjadi people pleaser tidak selalu buruk, tetapi penting untuk menyadari batasan dan dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Mengatasi kebiasaan ini tidak hanya akan membawa kebahagiaan yang lebih besar pada diri sendiri, tetapi juga memungkinkan pembentukan hubungan yang lebih sehat dan seimbang dengan orang lain.
Baca juga: Mengenal Disleksia, Penyebab dan Cara Penanganannya